by Teguh Yoga Raksa (2005)
Penggunaan magnet di dunia industri dimulai sekitar abad ke-18, revolusi industri yang terjadi pada saat itu mendorong para ilmuwan mengembangkan penelitian unutuk keperluan industri. Bahan magnet merupakan salah satu bagian dari bahan-bahan industri yang penggunaannya banyak sekali di bidang industri. Penggunaan pada alat-alat elektronika, misalnya televisi, radio transistor, komputer dan lain sebagainya. Perkembangan penelitan mengenai material-material magnet sudah berkembang sejak di kembangkan bahan magnet berbasis logam tanah jarang (rare earth).
Material bahan magnet yang sangat terkenal pada tahun 70-an adalah bahan magnet berbasis Sm-Co namun setelah terjadi ‘Cobalt Shock’ pada tahun 1978 pada saat itu terjadi kekurangan bahan baku cobalt, kejadian menyebabkan para penghasil bahan magnet permanen mulai mencari bahan alternatif pengganti Cobalt. Kemudian pada tahun 1983 Sogawa dan kawan-kawan dari jepang menemukan satu campuran material magnetik yaitu Nd-Fe-B, magnetik permanen jenis baru itu adalah Nd2 Fe14B. Pada saat itu jepang diyakini akan dapat bertahan dalam industri elektronika dikarenakan jepang memiliki bahan alternatif prngganti bahan magnetik berbasis logam tanah jarang dan Cobalt (Rare-earth-Co).
Kontribusi bahan magnet berbasis logam tanah jarang pada pasar magnetik dunia sangat besar sekali, bahan magnet permanen NdFeB mencapai 33% sementara berbasis cobalt sekitar 4% dan bahan-bahan lainya sekitar 7%, sementara ferrite masih menduduki peringkat pertama sekitar 56%. Dilihat dari negara industri penghasil bahan magnet permanen terbesar adalah Jepang sekitar 41% kemudian diikuti China 19% , Amerika Serikat 16%, negara-negara Eropa 9% dan negara-negara lainnya sekitar 7%. Indonesia yang dianggap memiliki potensi alam yang cukup besar menurut data sampai tahun 1994 masih menjadi negera pengimpor.
Peluang industri magnetik di indonesia sangat besar, namun menjadi permasalahan klasik adalah kurangnya koordinasi antara para peneliti magnet dengan industri sebagai pengguna. Kurangnya kepercayaan industri pada produk hasil penelitian para peneliti indonesia menyebabkan lesunya penelitian-penelitian yang dilakukan, sehingga penelitian yang dilakukan hanya sebatas untuk dinikmati peneliti lain di kampus, laboratorium atau menjadi koleksi perpustakaan yang hanya orang-orang tertentu saja yang menggunakannya.
Potensi bahan magnet di Indonesia
Berdasarkan data BATAN terdapat beberapa daerah-daerah yang potensial yang memiliki kandungan logam tanah jarang terdapat di daerah - daerah sebagai berikut
Jalur Timah(Bangka-Belitung) -->Monosit bersama bijih timah
Rirang – Tanah Merah (Kalimantan Barat) -->Vein monosit
Ketapang (Kalimantan Barat ) -->Monosit sebagai endapan pasir alluvial
Endapan monosit di daerah bangka belitung merupakan hasil sampingan dari penambangan bijih besi, pada tahun 1996 jumlah cadangan monosit sebesar 11.234 ton dan stok sekitar 5.891 ton monosit konsentrat, selain itu masih banyak bahan lain seperti konsentrat xenotime, unsur ini memiliki konsentrat lain seperti Yttrium (Y) ,Eropium (Er), Gadolium (Gd), Dysprosium (Dy). Semantara Bahan monosite biasanya terdapat unsur konsentrat lantanium (La), Yttrium (Y), Neodynium (Nd) dan Cerium (Ce). Kadar logam jarang di rirang cukup tinggi sekitar 50-60 % sementara kadar monosit di daerah ketapang adalah 63.6 %.Bahan-bahan ini potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri bahan magnet.
Perkembangan penelitian magnet dan aplikasi pada industri di Indonesia
Lembaga yang concern pada penelitian magnet secara umum di bagi dua kelompok besar, universitas dan lembaga penelitian (LIPI dan BATAN). Di berbagai universitas di indonesia yang memiliki research groups yang sudah solid sedikit sekali misalnya universitas indonesia ( Dr. azwar manaf dkk dan Dr. Budhy Kurniawan dkk), Univesitas Gajah Mada ( Prof. Muslim Nasution dkk. ) sementara dari institusi (LIPI dan BATAN ) ( misalnya :Dr. Ridwan dkk). Hal ini dapat dilihat dari peserta seminar bahan magnet I dan II, peserta seminar dominan dari lembaga penelitian BATAN, LIPI dan sedikit dari universitas. Dibentuknya Indonesian Magnetic Club (IMC), merupakan babak baru perkembangan penelitian magnet di Indonesia. Diikutsertakannya dunia industri pada seminar bahan magnet merupakan langkah awal kerjasama antara dunia industri dan penelitian. Ikut sertanya PT PERKASA HEAVYNDO ENGINEERING (seminar bahan magnet I ) dan MEGA ANDALAN KALASAN (seminar bahan magnet II), adalah bukti nyata kebutuhan industri pada hasil-hasil penelitian khususnya dalam bidang magnet. PT PERKASA misalnya, menggunakan hampir tujuh komponen dari bahan magnet dan sebagian besar masih impor, misalnya stater motor, alternator, air blower van , electric horn dan lain-lain. Penelitian bahan magnet di Universitas telah dikembangkan sejak lama, dengan pulangnya dosen-dosen muda dari tugas belajar di luar negeri menyebabkan penelitian lebih maju, hal ini disebabkan kerjasama antara research groups. Sebagai contoh perkembangan penelitian bahan magnet di Universitas Indonesia, salah satunya pembuatan bahan magnet berbasis NdFeB dengan berbagai komposisi dan karakterisasi dari bahan tersebut (Dr Azwar Manaf dkk), ini sudah berjalan lebih dari satu dasa warsa. Penelitian ini dilakukan dengan berbagai kerjasama antara universitas maupun institusi. Selain penelitian dibidang magnet permanen di Universitas indonesia saat ini juga dikembangkan teori magnetik ditinjau secara mikroskopis dengan teori quantum (Dr. Budhy Kurniawan dkk), penelitian ini mengembangkan penelitian sebelumnya untuk memprediksi bahan-bahan baru magnet. Hal ini mungkin terjadi juga di institusi dan universitas lain, namun hasil-hasil penelitian hanya sebatas seminar dan publikasi tanpa adanya kerjasama yang erat dengan dunia industri.
Penutup
Akhirnya penulis mengharapkan para peneliti lebih aktif untuk mempublikasikan hasil penelitian pada dunia industri. Begitupun dunia industri juga diharapkan melihat peluang bisnis untuk mengembangkan potensi-potensi alam indonesia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment