Teguh Yoga Raksa (2009)
Dikisahkan seorang anak dan ibu yang tinggal di sebuah pedalaman desa, suatu hari mereka pergi ke kota untuk membeli persediaan selama sebulan ke depan. Anak sebatang kara ini memboceng ibunya dengan sebuah sepeda peninggalan ayahnya. Karena sepadanya agak rusak sehingga diperlukan perbaikan untuk sepedanya, mereka membagi tugas. Si Ibu pergi ke pasar untuk berbelanja sementara si anak ditugaskan si ibu untuk memperbaiki sepedanya. Atas komitmen bersama mereka berjanji akan ketemu lagi di persimpangan jalan antara ke pasar dan bengkel sepeda pada pukul 16.00. Sementara di ibu belanja, si anak menunggu sepeda diperbaiki, karena tergoda dengan permainan topeng monyet di sebelah bengkel si anak kemudian sampai lupa setelah sepeda selesai diperbaiki melanjutkan menonton topeng monyet.
Waktu menunjukan 16.30, begitu kagetnya dia ketika melihat sudah hampir 30 menit membuat ibunya menunggu, kemudian dia beranjak untuk pergi menjemput ibunya di pesimpangan jalan. Sampai sana dia melihat ibunya duduk sedang menunggu. Sampai Disana dia menjelaskan kalau dia terlambat karena perbaikan sepeda yang memerlukan waktu yang lama sehingga dia terlambat ketemu kembali ibunya. Ibunya sangat kecewa dengan pengakuan anaknya , karena beberapa menit yang lalu di bertemu pemilik bengkel mengatakan bahwa sepedanya sudah selesai dari jam 15.00. Ibunya bertanya sekali lagi , “Kenapa nak kok terlambat ?”, “itu bu, perbaikannya memang lama”, jawabnya. Akhirnya si ibu menjelaskan baru aja ketemu dengan pemilik bengkel dan sudah selesai dari jam 15.00. Alangkah terkejutnya si anak, dan kemudian berlutut di depan ibu yang dicintainya untuk meminta maaf. Ibunya kecewa atas sikap anaknya, kemudian dia menjelaskan sesuatu pada anaknya , “wahai anakku, apa yang salah dariku saat mendidikmu nak , sampai – sampai kamu tak berani jujur sama ibu , untuk memberikan pelajaran pada ibu atas cara mendidikmu , ibu mau berjalan sampai rumah , sambil memikirkan apa yang salah yang ibu ajarkan kepadamu nak”. Walaupun mengiba- iba untuk membatalkan niatnya si Ibu tetap pada pendiriannya, akhirnya si Anak mengikuti ibunya dari belakang dengan mengendarai sepeda.
Sambil mengikuti ibunya berjalan dari belakang dia tak kuat mencucurkan air mata sepanjang perjalana,melihat ibunya bejalan berkilo – kilo meter hanya karena kesalahan yang dia lakukan. Pelajaran berharga bagi si anak ini tak dapat dilupakan dan sangat membekas sehingga dia berjanji tidak akan melakukan kebohongan – kebohongan lagi sepanjang hidupnya. Kejadian ini memberikan pelajaran pada kita semua bagaimana kejujuran merupakan pegangan hidup seseorang, dan bagaimana arti penting kejujuran bagi seseorang.
Dalam manajemen kejujuran sangat berharga sekali, Nilai ini dianggap sangat penting dalam berbagai hal dan segala segmen dalam kehidupan. Nilai ini juga dijadikan salah satu hal kunci sukses seseorang, bahkan selevel CEO sekalipun nilai ini dianggap yang paling penting. Jika kita melihat formulasi stephen covey dalam buku Speed of Trust tentang Hasil kerja , dia merumuskan bahwa Result (R1) adalah Initiave (I) dikalikan Execution (E) (R1 = I x E), jika komponen ini kemudian ditambahkan nilai kejujuran maka proses eksekusi atau pelaksanaan semakin cepat dalam hal ini formula menjadi (R1 = I x E x T ( Trust)). Nilai kejujuran merupakan nilai fundamental yang diakui oleh semua orang sebagai tolak ukur kebaikan seseorang dalam kehidupan sehari – harinya , bagaimanapun pintarnya , bagaimanapun berwibawa dan bijaksanannya seseorang jika dia tidak jujur pada akhirnya tidak akan diakui orang sebagai pemimpin yang baik atau bahkan di cap menjadi manusia yang tidak baik. Untuk itu marilah kita menjadikan nilai kejujuran menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan kita , selamat mencoba ..salam pembelajar, Learn – Action and Success (TY)
Wednesday, July 1, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment