Wisdom from Expert

Friday, January 6, 2012

Keluargaku Sayang.. Karierku Sayang ...

Teguh Yoga Raksa (2012)

Imagine life as a game in which you are juggling some five balls in the air. You name them – work, family, health, friends and spirit … and you’re keeping all of these in the air.



You will soon understand that work is a rubber ball. If you drop it, it will bounce back. But the other four balls – family, health, friends and spirit – are made of glass. If you drop one of these, they will be irrevocably scuffed, marked, nicked, damaged or evenshattered. They will never be the same. You must understand that and strive for Balance in your life.
(Brian Dyson, CEO Coca Cola)

Berawal tukar kado yang dilakukan temen- temen di kantor, kebetulan kado saya dapat 2 buku yang luar biasa menurut saya, kado spesial di awal tahun yang luar biasa. Karena hal inilah saya mau share inti cerita dari buku berjudul “ Karier ditanganku dan keluarga di hatiku “ karya Uken Junaedi yang menurut saya lumayan dapat memberikan inspirasi tentang memaknai pekerjaan melengkapi apa yang dikatakan CEO cocacola dalam pidatonya pada tahun 1996

Ada 3 kisah perjalanan seorang karyawan/pekerja yang mungkin bisa menjadikan kita lebih mengevaluasi apa yang kita kerjakan saat ini , kisah pertama mengisahkan seorang pekerja keras bernama Ramli yang meniti karir dari bawah sampai mencapai karir tertinggi menjadi seorang direksi, yang pada akhirnya dia melupakan keluarganya sehingga semua keluarganya hancur akibat kurang diperhatikan dan hanya fokus pada pekerjaannya saja. Dengan jargon demi keluarha Ramli menghalalkan caranya bahwa dengan uang dan kemewahan dapat membahagian keluarganya, Anak pertama dipenjara karena memalsukan ijazahnya , anak kedua menjadi korban peluru panas polisi ketika pengejaran gerombolan penguna dan pengedar narkotika, yang tidak kalah menyedihkan adalah kisah sang istri yang bunuh diri akibat menanggung malu setelah tertangkap basah selingkuh dengan pemuda setengah baya.

Kisah kedua , tentang Krisna yang melupakan profesinya di rumah sebagai AYAH. Krisna menganggap dengan menyekolahkan kedua anaknya Lia dan Nisa ke sekolah yang mumpuni dapat mencukupi kebutuhan pembelajaran anaknya. Lia dan Nisa membutuhkan waktu bersama ayahnya untuk bermain. Sehingga dengan kepolosannya dia berusaha menabung Rp 100.000,- untuk mendapatkan waktu ayahnya barang 30 menit sampai 1 jam hany untuk bermain , bergelantungan di tangan ayahnya dan membantu mengerjakan PR sekolah, sungguh ironis bukan ? hal ini membuat saya merinding ketika membacanya, hal tragis akhirnya menimpa salah satu anaknya harus meninggal dunia karena menderita kanker otak dan tentunya memberikan kesedihan bagi Krisna sebagai sang AYAH, yang telah melupakan salah satu profesi penting sebagai AYAH.

Kisah ketiga mengenai kesalahan seorang Ramlan yang selalu ijin demi kepentingan keluarganya, saudara atau mertua sakit di kampung halaman, walaupun bisa ditunda barang sehari atau beberapa jam sehingga bisa menyelesaikan pekerjaan yang urgent terlebih dahulu. Banyak kepentingan keluarga yang mungkin dapat di atur sesuai dengan prioritas akan tetapi menghambat pekerjaan yang seharusnya dikerjakan. Pada akhirnya Ramlan harus menerima pil pahit dengan dikeluarkan dari pekerjaan setelah melalui rentetan surat peringatan dari perusahaan. Kejadian selanjutnya dia menyesali apa yang diperbuat karena harus banting tulang menjadi penjual bubur, sehingga pada akhirnya tidak sempat untuk membantu urusan keluarga atau bahkan sampai tidak sempat untuk menengok keluarga yang sakit.

Tiga kisah ini mudah – mudahan menginspirasi kita untuk tetap menempatkan pekerjaan dan keluarga pada tempatnya sesuai dengan takarannya tentunya dengan cara dan style masing – masing tentunya ... saya tutup dengan kata – kata penutup bryan dalam pidatonya

Don’t use time or words carelessly. Neither can be retrieved. Life is not a race, but a journey to be savoured each step of the way…

Salam pembelajar Learn – Action and Success ( TY)...